PERANG DAGANG USA VS CHINA

ASSALAMUALAIKUM WR.WB
SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA
Pada tulisan kali ini saya akan membagikan cerita tentang perang dagang antar USA dengan Tiongkok yang baru baru ini sedang di perbincangkan khusus nya oleh kedua negara tersebut dan beredar masalah ini ke kanca internasional. Tapi saya hanya menceritakan singkat saja menurut sumber yang saya temukan dibeberapa situs berita di internet. Langsung saja kita masuk ke topik.

Ekonomi dunia sedang galau. Dua negara yang besar secara perekonomian, Amerika Serikat dan China, menabuh genderang perang.
Hubungan kedua negara ini memanas setelah Presiden AS Donald Trump secara resmi memulai perang dagang (trade war) terhadap Tiongkok. Berikut beberapa hal yang perlu kamu tahu mengenai perang dagang tersebut.
1. Perang dagang dimulai 6 Juli 2018
Pixabay/emirkrasnic
Trump memulai perang dagang tersebut dengan mengenakan tarif sebesar US$34 miliar atau sekitar Rp489 triliun kepada ratusan produk impor asal China, sejak 6 Juli 2018. 
Produk Tiongkok yang terkena tarif itu beragam mulai dari mesin, peralatan elektronik, peralatan manufaktur, peralatan kantor, motor, hingga suku cadang pesawat. 
2. Penyebab mulai dari kebijakan dagang hingga pelanggaran HAKI
Pixabay/Free-Photos
Dalam beberapa kesempatan, Trump menyampaikan kecamannya atas kebijakan dagang China yang dinilai merugikan AS.
Dikutip dari situs Voice od America, Trump mengklaim bahwa defisit perdagangan AS dengan Tiongkok mencapai angka kronis, sekitar US$ 347 miliar (2016 dan 2017). Trump juga menuding Negeri Tirai Bambu sengaja merekayasa mata uangnya agar ekspornya bisa lebih bersaing di dunia, demikian dikutip dari situs BBC. 
Selain itu,Trump juga menyebut bahwa Amerika ingin "menghukum" Tiongkok karena dinilai kerap melanggar hak cipta atau hak atas kekayaan intelektual/HAKI, khususnya produk buatan produsen AS. 

3. Tiongkok membalas

Tahun 1980-an, AS juga pernah terlibat perang dagang, tapi waktu itu melawan Jepang. Kala itu, Jepang tidak melawan.
Nah, lain lagi dengan perang dagang kali ini. China memutuskan untuk melawan dengan pemberlakuan juga tarif masuk impor barang-barang asal AS. Jumlahnya juga sama: US$ 34 miliar!
Tiongkok menyasar produk andalan AS, yakni kedelai, pesawat, mobil, chip komputer, mesin jet, emas, dan lain sebagainya. Dikutip dari CNN Money, 6 Juli 2018, China menuding bahwa Amerika Serikat telah memulai perang dagang terbesar dalam sejarah ekonomi.
Makin panas, AS kembali menimbang untuk menambah daftar produk untuk dikenai tarif--termasuk barang-barang konsumsi--hingga senilai US$200 miliar.
4. Dampak buruk bagi perekonomian dunia
IDN Times/Reza Iqbal
Sejumlah negara pun was-was dan khawatir terkena dampak buruk, termasuk Indonesia. 
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, pemerintah harus terus memantau perang dagang kedua negara tersebut.
"Karena perang dagang atau ketegangan kedua negara itu menurunkan ekspor dan impor. Dan juga, pertumbuhan kedua negara itu kemudian akan merambat juga ke negara-negara lain," kata dia, beberapa waktu lalu. 
Meski demikian, posisi Indonesia masih relatif aman. Setidaknya nama Indonesia tidak masuk dalam daftar 10 negara paling terancam akibat perang AS-Tiongkok itu, dilansir dari situs Business Insider.
Dua negara tetangga, Malaysia dan Singapura, masuk dalam daftar tersebut. Berikut ke-10 negara yang paling rawan terkena dampak buruk dari urutan paling akhir: Irlandia, Islandia, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Republik Ceko, Hungaria, Republik Slovakia, Taiwan, berada di urutan nomor 1 adalah Luxembourg.

3 Dampak Perang Dagang Amerika Vs China terhadap Indonesia

Ada plus minusnya nih
ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Iman Pambagyo mengatakan perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dengan China sejak 6 Juli lalu juga memiliki dampak kepada Indonesia.
Iman menyebut setidaknya ada 3 dampak atau implikasi yang terjadi dari perang dagang kedua negara tersebut.

1. Indonesia punya peluang ekspor

http://bisnisbandung.com
Akibat perang dagang itu, Indonesia punya potensi untuk mengekspor barang ke kedua negara itu. Tidak cuma itu, Indonesia juga bisa jadi negara ketiga yang "mengambil jatah" ekspor China dan Amerika.
Perang dagang itu dinilai Iman sangat kompleks. Salah satu sebab awalnya adalah pertumbuhan komoditas baja dan alumunium di China.
“Indonesia bisa jadi negara ketiga untuk beberapa produk yang dihasilkan China atau Amerika yang menggunakan input kedua negara itu supply menjadi terhambat,” kata Iman dalam workshop di auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (18/9).
Beberapa komoditas yang bisa diekspor Indonesia, kata Iman, adalah baja, alumunium, buah, dan besi.
“Pasar Amerika misal baja dan aluminium itu terbuka buat Indonesia ,tapi perlu hati-hati. Untuk pasar China buah-buahan dan juga produk besi dan baja, serta aluminium,” katanya.

2. Menurunnya ekspor bahan baku Indonesia ke China dan Amerika

ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Yang kedua adalah menurunnya ekspor bahan baku atau bahan penolong Indonesia ke China dan Amerika. Menurut Iman, ini terjadi jika cakupan perang dagang meluas ke produk lain.
Tahap pertama dampak ke Indonesia ekspor kedua negara belum terlalu besar. Produk yang dihasilkan China kemudian diekspor ke Amerika itu ambil bahan baku dari Indonesia relatif sedikit. Begitu coverage diperluas, kita perlu kajian lebih lanjut sejauh apa dampak terhadap ekspor untuk kedua negara tersebut,” jelasnya.

3. Terjadi trade diversion yang bisa dimaksimalkan Indonesia

Ilustrasi (Pixabay)
Karena persaingan pasar akibat perang dagang itu, akan terjadi trade diversion. Hal ini  terjadi akibat adanya intensif penurunan tarif, misalnya Indonesia yang sebelumnya selalu mengimpor gula dari China beralih menjadi mengimpor gula dari Thailand karena lebih murah.
“Produk yang dihasilkan China dan Amerika terhambat tarif yang tinggi di kedua negara dan akan cari jalan ke pasar lain ke semua negara. Indonesia salah satunya. Termasuk Afrika dan Amerika latin,” jelas Iman.


referensi :

(diakses pada tanggal 14 Desember 2018 pukul 19.08 WIB)

(diakses pada tanggal 14 Desember 2018 pukul 19.16 WIB)

Komentar

Postingan Populer